redaksiharian.com – Dua wanita tewas dan seorang lainnya terluka dalam serangan yang diduga dilakukan oleh seorang pengungsi asal Afghanistan di Pusat Ismaili, Lisbon , Portugal pada Selasa, 28 Maret 2023. Hal tersebut diungkapkan oleh pejabat berwenang setempat.

Tersangka penyerangan menolak untuk menyerahkan pisau yang dipegangnya dan memutuskan untuk mendekati polisi. Karena alasan keamanan, polisi Portugal akhirnya menembak tersangka dan berhasil menahannya. Saat ini, tersangka sedang dalam perawatan medis di rumah sakit.

Kelompok Ismaili merupakan minoritas dalam agama Islam berhaluan ‘Syiah’ yang seringkali menjadi sasaran serangan oleh kelompok ekstremis di beberapa negara, termasuk Pakistan.

Menteri Dalam Negeri Jose Luis Carneiro mengatakan kepada para wartawan bahwa insiden ini muncul sebagai tindakan yang dilakukan secara individu, meskipun motif dan kondisi yang melatarbelakanginya sedang dalam proses penyelidikan.

Sementara itu, Perdana Menteri Antonio Costa menilai bahwa terlalu dini untuk membuat kesimpulan bahwa insiden tersebut merupakan aksi terorisme .

Menurutnya, insiden tersebut tampaknya merupakan tindakan terisolasi, dan informasi lebih lanjut masih perlu dikumpulkan untuk mengetahui lebih jelas tentang kejadian penyerangan tersebut.

Menteri Carneiro juga mengungkapkan bahwa tersangka penyerangan adalah seorang pria yang relatif muda dan memiliki tiga anak.

Ia kehilangan istrinya di sebuah kamp pengungsi di Yunani sebelum dipindahkan ke Portugal melalui program kerja sama Eropa dan diberikan status perlindungan internasional.

Sebelumnya, ia telah menjalani kehidupan yang cukup tenang dan menerima bantuan sosial di Pusat Ismaili, di Kota Lisbon .

Terpisah, pemimpin komunitas Ismaili untuk Lisbon , Nazem Ahmed dalam wawancaranya dengan jaringan televisi SIC menyebut kedua korban wanita yang tewas diketahui merupakan warga negara Portugal yang bekerja di pusat tersebut selama beberapa tahun.

Ahmed juga mengonfirmasi bahwa pelaku penyerangan ialah pengungsi asal Afghanistan , meskipun polisi sejauh ini belum mengonfirmasi kewarganegaraannya beserta identitasnya.

Menteri Carneiro menambahkan bahwa pria itu sering mengunjungi pusat tersebut untuk belajar bahasa Portugis, mengumpulkan sumbangan makanan, dan merawat anak-anak, sedangkan para wanita yang menjadi korban bekerja di program dukungan pengungsi di pusat Ismaili.

Sebagai catatan, pada 1998, Pangeran Karim Aga Khan, pemimpin spiritual Ismaili yang mengklaim sebagai keturunan langsung Nabi Muhammad, membuka Pusat Ismaili yang dilengkapi dengan ruang kelas, ruang ibadah, ruang pertemuan, dan ruang kekaryaan.

Kemudian pada 2015, Pangeran Aga Khan mendirikan kantor pusat global untuk aliran Ismaili di Lisbon melalui kesepakatan dengan pemerintah Portugal.

Pada 2018, ia juga menunjuk Istana Henrique Mendonca di Lisbon sebagai Tahta Imamat Ismaili.***