redaksiharian.com – Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menilai, koalisi antara PDI Perjuangan dan Partai Gerindra mungkin dibentuk bila elektabilitas Anies Baswedan melejit.

Melejitnya elektabilitas Anies dinilai dapat mengancam posisi Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, kader PDI-P dan Gerindra yang elektabilitasnya kini berada di atas Anies.

“Kalau misalnya dalam beberapa bulan ke depan sampai proses pendaftaran ada pola yang menunjukkan Anies Baswedan kembali naik dan kemudian mengancam peringkat 1-2, sangat mungkin akan direspons oleh koalisi antara PDI Perjuangan dengan Gerindra,” kata Burhan dalam program Satu Meja Kompas TV, Rabu (21/3/2023) malam.

Menurut Burhan, PDI-P dan Gerindra pada akhirnya dapat berkoalisi karena kedua partai tersebut mesti menyatukan kekuatan untuk mengalahkan Anies.

Sebab, Burhan menilai, kedua partai tersebut sudah sepakat untuk melanjutkan tradisi pembangunan dan ideologi nasionalisme.

“Mau tidak mau menjadikan Anies sebagai common enemy, kalau misalnya Anies muncul mengancam secara elektoral, itu sulit untuk tidak kedua partai ini bersatu,” kata Burhan.

Kendati demikian, Burhan menilai, wacana koalisi PDI-P dan Gerindra lalu menduetkan Ganjar dan Prabowo untuk menghadapi Anies masih terlalu dini.

Alasannya, elektabilitas Ganjar dan Prabowo menunjukkan bahwa keduanya berpeluang melaju ke pemilihan presiden putaran kedua bila pemilihan presiden diikuti oleh tiga kandidat.

“Kemungkinan kedua partai ini bersatu itu menurut saya masih jauh kalau melihat peta hari ini karena bagaimanapun Pak Prabowo dan Pak Ganjar masih punya peluang untuk menang,” kata dia.

Wacana duet Prabowo dan Ganjar serta koalisi antara PDI-P dan Gerindra pada Pemilu 2024 jadi perbincangan hangat belakangan ini.

Desas-desus itu bermula dari momen keakraban keduanya bersama Presiden Joko Widodo dalam acara panen raya di Kebumen, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.

Seolah bersambut, Gerindra tampak memberikan sinyal restu atas wacana itu.

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo mengatakan, partainya berpeluang mendukung Ganjar pada pilpres mendatang.

Asalkan, kata dia, dalam kontestasi itu Ganjar berpasangan dengan Prabowo, sebagai calon wakil presiden (cawapres).

“Ya saya kira terbuka kalau Pak Ganjar mau ikut dengan Pak Prabowo, dengan catatan Pak Prabowo calon presiden,” kata Hashim saat ditemui di Gedung Joang ‘45, Jakarta, Minggu (12/3/2023).

Berbeda dengan Gerindra, PDI-P menyiratkan penolakan atas wacana duet Prabowo sebagai capres dan Ganjar sebagai cawapres.

Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, kader PDI-P harus ditempatkan di kursi calon RI-1.

“Ya, kader dari PDI Perjuangan (harus capres), sebagai partai pemenang pemilu dengan kepercayaan rakyat dua kali berturut-turut tentu saja kami akan mengusung calon presiden,” kata Hasto di Sentul, Jawa Barat, Senin (13/3/2023).

Kendati demikian, Hasto menyatakan, PDI-P tidak akan berjuang sendirian pada Pemilu 2024.

PDI-P terbuka untuk berkoalisi dengan partai lain, dengan syarat kandidat capres harus dari partai banteng.

“Terkait dengan calon presiden, sebagaimana amanat Ibu Megawati Soekarnoputri pada saat hari ulang tahun PDI Perjuangan yang ke-50, PDI Perjuangan akan mendorong kader internal untuk sebagai calon presiden,” ujar dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.