redaksiharian.com – Salah satu pendiri dan mantan CEO Twitter , Jack Dorsey kembali ke dunia media sosial dengan meluncurkan Bluesky .

Digadang-gadang sebagai alternatif Twitter , Bluesky saat ini masih dalam tahap uji coba dan hanya dapat diakses melalui undangan. Namun, aplikasi tersebut segera akan diluncurkan ke publik.

Bluesky didanai oleh Twitter dan menawarkan tampilan user interface (antarmuka pemakai) yang sederhana.

Pengguna dapat membuat unggahan dengan 256 karakter dan menyertakan foto. Berbeda dengan Twitter yang bertanya “Apa yang sedang terjadi?”, Bluesky bertanya “Apa yang terjadi?”.

Penggunanya dapat berbagi, menonaktifkan, dan memblokir akun, tetapi fitur canggih seperti menambahkan akun ke dalam daftar belum tersedia.

Menu ‘discover’ di Bluesky menawarkan saran siapa yang harus diikuti dan pembaruan di aplikasinya.

Pengguna juga bisa mencari dan mengikuti pengguna lain seperti di Twitter , bisa juga melihat unggahan terbaru mereka pada linimasa.

Bluesky didirikan sebagai perusahaan independen yang fokus pada penelitian dan pengembangan jaringan sosial terdesentralisasi pada 2022.

Jack Dorsey menggambarkan Bluesky sebagai standar terbuka terdesentralisasi untuk media sosial.

Bluesky menerima pendanaan sebesar 13 juta dolar AS (sekira Rp198 miliar) dan Dorsey menjadi anggota dewan direksinya. Tujuan dari Bluesky adalah untuk meneliti dan mengembangkan teknologi yang memungkinkan percakapan publik terbuka dan terdesentralisasi.

“Jarang sekali sebuah proyek didirikan seperti ini. Kami menggunakan kebebasan kami untuk fokus pada membangun dan akan bekerja menuju visi kami tentang protokol yang tahan lama untuk percakapan publik, terlepas dari apa yang terjadi,” kata perusahaan tersebut.

Bluesky akan menjadi platform yang terbuka karena akan dibangun menggunakan perangkat lunak open source. Ini berarti tidak akan ada satu perusahaan pun yang akan memiliki platform ini.

Jack Dorsey sendiri berencana untuk merekrut sebuah tim yang terdiri dari 5 pengembang untuk membangun platform tersebut dan mengembangkan algoritma yang akan mengatur konten yang dilihat pengguna.

Proyek ini awalnya berasal dari Twitter yang menimbulkan kekhawatiran tentang nasib Bluesky setelah diambil alih oleh Elon Musk karena proyek ini bergantung pada jaringan sosial untuk pendanaan.

Akan tetapi, tahun lalu, Bluesky dipisahkan sebagai perusahaan yang berbeda dan mencatat bahwa ‘kemandirian penting untuk keberhasilan proyek’, serta menambahkan Dorsey ke dewan direksinya.***