redaksiharian.com – Sebagian orang mungkin sering kali mendengar istilah generasi sandwich. Istilah tersebut pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Dorothy A. Miller dari University Kentucky, Lexington, Amerika Serikat.

Generasi sandwich merupakan generasi yang harus menanggung hidup tiga tingkatan generasi yaitu orang tuanya, diri sendiri, dan anaknya.

Ibarat sepotong sandwich mereka yang telah mencapai usia dewasa “terjepit” di antara tanggung jawab bagi anak-anak dan orang tua mereka yang sudah memasuki usia lanjut untuk mengasuh, menafkahi, dan memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan.

Untuk itu, jika Anda termasuk generasi sandwich perlu adanya pengelolaan keuangan yang baik, agar mempunyai bekal tabungan di masa tua.

Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari berbagai sumber, berikut cara mengatur keuangan bagi generasi sandwich.

Tabungan ini sudah tersedia di berbagai jenis bank, baik konvensional, syariah, maupun digital. Ini dimaksudkan supaya uang yang disetorkan secara rutin tiap bulan dari fitur auto debit rekening sumber ke rekening tabungan rencana dan penarikannya dibatasi sesuai ketentuan bank.

Hal ini justru akan meringankan beban gen sandwich di masa mendatang.

Setiap pengeluaran harus dipertimbangkan secara matang dengan menentukan prioritas antara kewajiban, kebutuhan, dan keinginan.

Tanamkan pola pikir spend less and save more, karena yang terbaik yakni menyiapkan dana cadangan daripada pengeluaran ekstra.

Pemerintah sudah menghadirkan asuransi BPJS Kesehatan, mungkin bisa digunakan. Atau mungkin bisa mengambil pilihan asuransi swasta lainnya dengan benefit yang berbeda-beda.

Menyisihkan pendapatan per bulan untuk dana pensiun merupakan langkah awal yang bijak dan berguna bagi kehidupan masa depan. Ini juga sebagai komitmen terhadap diri sendiri serta keluarga.

Bisa dimulai dengan investasi dengan risiko yang paling kecil misal deposito yang disesuaikan dengan kebutuhan. Membeli emas logam mulia bisa dimulai dari yang terkecil dulu.

Seiring berjalan waktu, generasi sandwich bisa merambah inves saham, obligasi, atau bahkan aset tidak bergerak seperti tanah dan rumah yang bisa diputar kembali menjadi uang.

Tentunya, di era yang serba mudah seperti saat ini bisa dimanfaatkan dengan mencari wawasan literasi keuangan . Tak kalah penting, meningkatkan skill dan keterampilan yang dapat mendukung pekerjaan dan karirnya.

Selain itu, kejujuran dalam komunikasi juga diperlukan agar hubungan antara anak dan orang tua bisa saling memahami satu sama lain.***