2 menit

Wanita terkaya di Asia, Yang Huiyan, harus kehilangan setengah kekayaannya tahun ini akibat krisis properti di China. Gimana ceritanya? Yuk, cari tahu lewat artikel berikut!

Diketahui, Yang Huiyan merupakan Co-Chairman County Garden.

Country Garden sendiri adalah developer properti yang berkantor pusat di Guangdong, China.

Yang Huiyan menjadi orang terkaya di Asia setelah mendapatkan seluruh saham perusahaan dari ayahnya selaku pendiri Country Garden pada 2005.

Dua tahun kemudian, Yang melakukan penawaran umum perdana (IPO) di Hongkong.

Langkah tersebut terbukti jitu, Yang mampu melampuai kekayaan yang dimiliki oleh miliader China Fan Hongwei dan Wu Yajun.

Saat itu, kekayaan Yang mencapai 33,9 miliar dolas AS.

Namun cerita manis yang diraih Yang mulai memudar pada tahun 2022.

Yang harus menerima pil pahit, kehilangan hampir setengah dari kekayaannya.

Kekayaan Yang Huiyan Lenyap Setengahnya

Wanita terkaya di Asia

Sumber: vietnam.postsen.com

Dikutip dari cnbcindonesia.com, berdasarkan data Bloomberg Billionarires Index yang dirilis Kamis (28/7/2022), kekayaan Yang turun lebih dari 52% menjadi US$ 11,3 miliar dari US$ 23,7 miliar tahun lalu.

Merosotnya kekayaan Yang disebabkan turunnya saham Country Garden sebesar 15%.

Penurunan tersebut menyusul pengumuman perusahaan untuk menerbitkan saham baru untuk mendapatkan tambahan dana segar sekitar US$343 juta.

Rencananya, sebagian dana segar itu akan dipakai untuk melunasi utang perusahaan.

“Hasil dari penjualan akan digunakan untuk membiayai kembali utang luar negeri yang ada, modal kerja umum, dan tujuan pengembangan di masa depan,” ucap Country Garden dikutip dari AFP.

Sementara itu, posisi Yang sebagai wanita terkaya di Asia pun semakin terancam karena dibuntuti taipan serat kimia, Fan Hongwei.

Fan Hongwei menguntit di belakang dengan kekayaan bersih US$ 11,2 miliar.

Krisis Properti China 

krisis properti china

Sumber: inews.id

Lembaga pemeringkat keuangan S&P Global Rating memprakirakan merosotnya penjualan properti di China pada 2022.

Tahun ini, penjualan properti di China diproyeksi merosot sampai dengan 30%.

Hal itu terlihat dari performa pembayaran konsumen yang banyak menunggak.

Kondisi tersebut mengancam para developer yang mengandalkan pembayaran cicilan konsumen untuk pembangunan properti.

“Penurunan seperti itu akan lebih buruk daripada tahun 2008 ketika penjualan turun sekitar 20%,” kata direktur S&P Global Rating, Ester Liu, masih dikutip dari cnbcindonesia.com.

Dalam catatan terpisah, S&P Global Ratings juga memperkirakan pembayaran hipotek yang ditangguhkan dapat mempengaruhi dana hingga 974 miliar yuan atau Rp 2.162 triliun.

“Jika ada penurunan tajam dalam harga rumah, ini bisa mengancam stabilitas keuangan,” kata laporan itu.

***

Semoga membantu, Property People!

Temukan informasi menarik lainnya di portal Berita 99.co Indonesia.

Sedang mencari hunian nyaman di Tangerang? SOHO Flex Space bisa jadi opsi terbaik untuk kamu pilih.

Informasi lebih lanjut, klik www.99.co.id dan rumah123.com karena kami selalu #AdaBuatKamu.

Artikel ini bersumber dari www.99.co.