Pasukan keamanan Irak mendirikan penghalang-penghalang beton saat kepanikan menguasai negara itu, Senin (1/8). Mereka mengantisipasi kemungkinan terjadinya bentrokan antara kelompok-kelompok politik Syiah yang bersaingan, yang dikhawatirkan banyak pihak dapat meningkat menjadi perang saudara.

Seruan untuk protes tandingan itu datang dari aliansi politik kelompok-kelompok yang didukung Iran yang menentang aksi duduk di parlemen Irak oleh para pengikut ulama Syiah Muqtada al-Sadr.

Prospek demonstrasi tandingan menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya krisis politik yang semakin dalam di negara itu.

Protes tandingan itu diserukan oleh Coordination Framework, sebuah aliansi yang dipimpin oleh partai-partai Syiah yang dekat dengan Iran, dan dijadwalkan berlangsung Senin sore. Aliansi tersebut menginstruksikan para peserta untuk berkumpul di sekitar Jembatan 14 Juli Baghdad, yang mengarah ke Zona Hijau yang dijaga ketat di mana gedung parlemen berlokasi.

Sejumlah warga Irak merangsek masuk ke dalam gedung parlemen di Baghdad, Irak, pada 31 Juli 2022. Para warga tersebut adalag pendukung ulama Syiah yang terkenal Muqtada al-Sadr. Mereka memprotes pembentukkan pemerintahan oleh rival al-Sadr. (AP/Anwar Khalil)

Sejumlah warga Irak merangsek masuk ke dalam gedung parlemen di Baghdad, Irak, pada 31 Juli 2022. Para warga tersebut adalag pendukung ulama Syiah yang terkenal Muqtada al-Sadr. Mereka memprotes pembentukkan pemerintahan oleh rival al-Sadr. (AP/Anwar Khalil)

Aliansi itu melarang para demonstran memasuki zona tersebut, dan mengarahkan mereka untuk “menunggu instruksi”. Hal itu memberi isyarat kepada para pengunjuk rasa untuk tidak bentrok dengan para pengikut al-Sadr, tetapi membuka kemungkinan terjadinya demonstrasi yang berlarut-larut.

Aliansi itu juga menyerukan para pendukungnya untuk menghormati pasukan keamanan negara dan membawa bendera Irak. Pasukan keamanan mendirikan dinding beton yang menghalangi jalan dari jembatan ke Zona Hijau.

Pengumuman itu muncul setelah al-Sadr mengeluarkan pernyataan Minggu malam yang menyerukan “revolusi”, mengubah sistem politik dan konstitusi dan menyingkirkan saingan-saingannya sambil mendorong suku-suku Irak untuk bergabung dengannya. Lawan-lawannya menganggap pesan itu sebagai seruan untuk kudeta.

Pendukung ulama Irak Moqtada Sadr, berunjuk rasa di dalam gedung parlemen Irak di Zona Hijau keamanan tinggi ibu kota Baghdad, 1 Agustus 2022. (AHMAD AL-RUBAYE / AFP)

Pendukung ulama Irak Moqtada Sadr, berunjuk rasa di dalam gedung parlemen Irak di Zona Hijau keamanan tinggi ibu kota Baghdad, 1 Agustus 2022. (AHMAD AL-RUBAYE / AFP)

Kepemimpinan di dalam Coordination Framework sebetulnya juga pecah. Beberapa anggota tidak mau ambil bagian dan menyerukan untuk menahan diri, sementara yang lain mendorong untuk mengambil tindakan.

Saingan utama Al-Sadr, mantan Perdana Menteri Nouri al-Maliki, kepala aliansi Coordination Framework, dan pemimpin Syiah Qais al-Khazali, tampaknya memimpin aksi protes. Sementara itu, Ketua Aliansi Fatah Hadi al-Ameri menyerukan untuk menahan diri. Kataib Hezbollah, kelompok milisi lain yang didukung Iran, juga menyarankan para pendukungnya untuk tidak berpartisipasi. [ab/uh]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.