redaksiharian.com – Sebanyak 61 koleksi fosil purba dari gajah hingga rusa di Museum Patiayam Kudus dikonservasi dan didata oleh tim dari Museum Jawa Tengah Ronggowarsito.

“Data 61 koleksi yang terdiri dari fosil sama alat batu. Ada gajah, kerbau, kemudian ada tulang rusak dan tandu seperti itu. Kegiatan ini diikuti ada 10 orang dan digelar selama tiga hari,” kata Kasi Pelestarian Museum Jawa Tengah Ronggowasito, Laela Nurhayati Dewi kepada detikcom ditemui di Museum Patiayam Kudus.

Laela menurutkan ada dua kegiatan yang digelar di Museum Patiayam Kudus. Pertama kegiatan inventarisasi dan konservasi koleksi puluhan fosil hewan purbakala.

“Jadi kita diminta bantuan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus melalui Museum Patiayam. Ada dua kegiatan satu inventarisasi dan kedua konservasi,” ungkap dia.

Dia mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk mendata dan merawat fosil hewan purbakala. Total ada 61 koleksi yang dilakukan pendataan dan konservasi.

“Tujuan inventarisasi tujuannya untuk mendata awal sebuah koleksi untuk didata dan baru nanti digunakan pengelola museum untuk memudahkan aktivitas,” ungkap Laela.

“Sedangkan konservasi jadi itu perawatan, kami tidak hanya merawat tapi juga kita melihat benda jika memang perlu dilakukan perbaikan kita lakukan perbaikan,” sambungnya.

Konservator di Museum Jateng Ronggowarsito, Nurodo mengatakan ada sebanyak 61 koleksi fosil yang dikonservasi. Menurutnya semua fosil yang dikonservasi hampir merata pernah direstorasi atau dipulihkan keadaan semula.

“Dari sini melakukan sejumlah 61 koleksi semua fosil. Dari bentuk ini yang kita lakukan konservasi hampir merata koleksi pernah direstorasi, jadi tidak utuh,” ungkap Nurodo ditemui siang ini.

Nur mengatakan ada beberapa alasan fosil di Museum Patiayam pernah direstorasi atau pemulihan kembali. Pertama karena kontur tanah dan kedua faktor penggalian fosil.

“Itu dimungkinkan faktor saat ditemukan dan kontur tanah di daerah penemuan itu keras. Maka rata-rata koleksi di sini pernah dilakukan restorasi karena penemuan itu tadi,” jelasnya.

“Lain dengan tanah pasir dan tanah merah. Kontur tanah mempengaruhi tentang penemuan fosil-fosil itu,” sambung Nur.