redaksiharian.com – Wanita yang kembali bekerja setelah biasanya mengalami masa transisi penting dalam hidupnya.

Sebagai rekan kerja yang baik sudah sepatutnya kita menghindari lima ucapan berikut kepada yang baru saja kembali aktif bekerja.

Sebab kemungkinan perasaan mereka masih sangat sensitif dan bisa saja perkataan yang keliru melukai hatinya, membuat hubungan baik menjadi renggang, hingga berpengaruh pada produktivitas dan kesehatan mentalnya.

5 ucapan yang perlu dihindari pada rekan yang baru selesai cuti melahirkan

Sebagai rekan kerja yang baik, dukungan yang kita berikan sangat penting bagi wanita yang baru saja kembali bekerja setelah .

Sebagaimana dilansir Huffpost, berikut beberapa ucapan yang sebaiknya kita hindari.

1. Liburanmu pasti menyenangkan

Rata-rata perusahaan di Indonesia memberi kesempatan bagi wanita hamil untuk mengambil cuti melahirkan selama 3 bulan.

Satu hal yang perlu kita pahami adalah cuti melahirkan bukanlah liburan yang menyenangkan.

Faktanya momen cuti tersebut bukanlah waktu istirahat atau bersantai. Para ibu akan melalui banyak perubahan dalam hidupnya.

Seperti semalaman suntuk, mengganti popok saat mengantuk, memberikan ASI, tidak bisa bersantai, perubahan hormon pada tubuhnya, hingga melewatkan waktu me time.

adalah proses atau pengalaman luar biasa yang berdampak pada kesehatan fisik dan mental sehingga tidak bisa disamakan dengan cuti liburan.

Maka dari itu hindari ucapan-ucapan seperti poin di atas agar kesehatan mental para ibu baru tetap terjaga dengan baik.

2. Jangan tanyakan “kamu tidak kangen dengan anak di rumah?”

Menurut Becca Carnahan, seorang pelatih karier yang berbasis di Amerika Serikat, pertanyaan yang seperti ini bisa berdampak negatif pada kondisi mentalnya.

Bahkan hal itu bisa membuatnya merasa bersalah karena harus kembali dan meninggalkan buah hatinya di rumah.

“Tentu saja mereka akan merindukan bayinya di rumah, tetapi di saat yang sama. Mereka mungkin merasa senang bisa kembali bekerja,” kata Carnahan.

Bagi sebagian orangtua, meninggalkan anak di rumah apalagi masih berusia beberapa bulan bukanlah hal mudah untuk dilakukan.

Ada banyak alasan yang mungkin kita tidak memahami apa membuat mereka harus kembali bekerja, entah karena kewajibannya berkarier, rasa tanggung jawab akan pekerjaan atau bahkan jadi keharusan atau terpaksa karena harus memenuhi kebutuhan finansial.

Pertanyaan seperti ini sudah seharusnya tidak kita ucapkan kepada para ibu yang baru bekerja setelah cuti melahirkan.

3. “Saya terkejut kamu kembali bekerja”

Ini adalah pertanyaan yang bisa dianggap sebagai “pernyataan memojokkan” bagi ibu baru yang baru saja melahirkan dan mulai kembali bekerja.

Pertanyaan itu sangat sulit ditafsirkan dengan nada positif. Para ibu baru bisa saja merasa dihakimi akibat pertanyaan itu.

Beberapa komentar lain terkait yang pertanyaan yang menyertakan ekspresi seperti kaget, atau wow dapat membuatnya merasa bersalah.

Pasalnya hal itu bisa bermakna “seharusnya para ibu tidak usah kembali bekerja dan lebih baik mengurus anak di rumah”.

4. “Kamu terlihat kelelahan” atau “kamu tampak hebat”

Komentar tentang penampilan bisa membawa penilaian implisit tentang bagaimana penampilan yang “seharusnya” pada .

“Kamu terlihat melelahkan” misalnya, komentar seperti ini bisa terdengar seperti dia telah melewati masa sulit dan harus kembali bekerja untuk mencukupi kebutuhannya.

Pada dasarnya, orangtua mana pun pasti akan merasa kelelahan mengurus bayi, apalagi jika itu adalah pengalaman pertama.

Daripada mengomentari dengan ucapan tidak penting dan menyakitkan, lebih baik tawarkan padanya bantuan apa yang bisa kita lakukan untuk meringankan pekerjaannya selepas cuti melahirkan.

5. “Kami benar-benar kewalahan saat kamu cuti”

Kata-kata seperti itu sangatlah sensitif dan tidak enak didengar di telinga mereka yang baru saja .

Seolah-olah hal itu membuatnya merasa terpojok karena cuti melahirkan terasa jadi keputusan salah dan membuat seluruh rekan satu tim kewalahan dalam menuntaskan pekerjaan.

Tidak cuma mulut kita yang harus dijaga, tapi bagaimana manajemen mengambil sikap untuk mengisi kekosongan tim juga memainkan peran penting agar tidak terjadi kegagalan operasional.

Pasalnya ketika tidak ada manajemen yang baik, sudah pasti tim yang lain akan merasa kewalahan saat ada orang dalam timnya tidak masuk karena cuti liburan atau cuti melahirkan.

Bukan tidak mungkin akibat kewalahan itu rekan kerja yang lain akan menaruh dendam pada mereka yang membuat kekacauan dalam ritme kerja di perusahaan tersebut.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.