redaksiharian.com

    16SHARES

Anak-anak Aktif/ Foto: Shutterstock

Dream – Menghadapi tingkah laku anak yang seringkali sulit diatur, penuh protes atau keras kepala, memang sangat menguras emosi. Orangtua berharap sikap negatif tersebut akan menghilang atau setidaknya berkurang.

Rupanya, sifat anak yang kita anggap negatif tak selalu berdampak buruk. Di kemudian hari, justru sifatnya itu bisa jadi modalnya dalam bersikap dan menghadapi masalah yang pastinya jadi lebih rumit. Sifat negatif apa saja yang bisa jadi modal anak saat dewasa?

Keras KepalaAnak yang keras kepala pasti melelahkan bagi para orangtua. Namun, karakteristik ini dapat berkembang menjadi sesuatu yang positif. Ketika besar, anak menjadi gigih dan dan tekun dalam menjalani kegiatan. Anak kelak menjadi sosok yang terpercaya, gigih dan dapat diandalkan oleh orang-orang sekitar.

Kerap menentangAnak yang suka menentang atau mempertanyakan suatu perintah memiliki jiwa kepemimpinan pada dirinya. Hal itu karena anak tersebut bisa berpikir untuk dirinya sendiri, dan tidak mengandalkan orang lain. Mereka juga bisa mengambil alih, dan percaya diri.

Emosi Intens

Tantrum anak memang sangat bikin stres, tapi ini karena otaknya belum berkembang dengan baik. Kedewasaan akan meredam dan menyalurkan emosi tersebut ke dalam keterampilan baru, kreativitas, orisinalitas, dan semangat hidup. Anak yang memiliki emosi besar akan suka dengan petualangan. Emosi dan gairahnya akan menginspirasi orang lain, mengubah hati dan pikiran, dan mempengaruhi perubahan.

© Shutterstock

PemilihSeringkali anak memiliki sifat pemilih yang bisa merepotkan para orangtua. Namun, sifat pemilih pada anak ini dapat menjadi ambisi, mengingat mereka tidak mudah puas. Maka apapun cita-citanya, akan mereka kejar. Ia akan memiliki standar pribadi yang tinggi, akuntabilitas, etos kerja yang kuat, dan inisiatif untuk memulai sendiri.

CerobohAnak yang ceroboh kerap diberi label buruk, padahal itu bisa jadi tanda kalau ia sangat berani mengambil risiko. Punya keberanian dan dorongan yang kuat untuk melakukan hal-hal yang sulit. Mereka terbiasa mendorong dirinya sendiri untuk mencapai tujuannya walau hal buruk yang dihadapi sangat besar.

Laporan: Meisya Harsa Dwipuspita/ Sumber:IMom

4 Cara Latih Anak Lelaki Mengontrol Emosi

Dream – Mengalami rasa sedih, marah, kecewa, bahagia adalah hal wajar dan dirasakan semua orang baik anak lelaki maupun anak perempuan. Mengungkapkan emosi yang sedang dirasakan sangat penting untuk dilakukan demi kesehatan mental.

Sayangnya pada anak lelaki, mereka seringkali dianggap sosok yang harus selalu kuat dan dominan. Padahal ada kalanya mereka butuh menangis dan bersikap manis saat sedang bahagia.

© MEN

Sementara saat marah atau kecewa, malah dianggap wajar anak lelaki mengeluarkan emosi negatifnya. Seperti memukul, menendang, melempar dan sebagainya. Tentunya hal ini merupakan kesalahan besar.

” Anak laki-laki perlu mengingat satu hal yang paling penting dalam hal perasaan mereka (terutama kemarahan), yaitu mereka selalu punya pilihan bagaimana meresponsnya,” kata Meg Meeker, seorang dokter anak.

Ia menjelaskan, ketika anak lelaki masih usia dini, perkembangan emosinya belum sempurna. Tugas orangtua adalah mencontohkan dan membimbingnya untuk bisa mengontrol dan merespons emosi yang muncul dengan baik dan tidak merugikan dirinya maupun orang lain.

Bagaimana caranya? Empat cara ini penting untuk dilakukan sejak dini.

Kenali EmosiSebelum si anak lelaki dapat mengatasi emosinya, ia perlu mengidentifikasinya. Contohnya, mungkin dia marah pada ayahnya karena tak jadi jemput di sekolah, padahal perasaan sebenarnya di balik permukaan adalah kesedihan. Ajari anak untuk melihat lebih dalam emosi yang dialami dan apa yang muncul di permukaan. Dengan begitu anak bisa mengungkapkannya dengan baik.

Jangan Membuatnya Bersalah karena Emosi yang Dialami

Cobalah untuk tidak membuat anak merasa bersalah atas emosinya. Seperti yang dikatakan Dr. Meeker, “ …mereka dapat merasakan sesuatu dengan kuat, tetapi kemudian harus memilih bagaimana—dan bagaimana tidak—untuk menanggapi perasaan itu” . Jadi, jangan ajari putra ayah dan bunda untuk menekan amarah, cemburu, atau emosi kuat lainnya. Semua itu adalah bagian dari fitrah manusia.

© Shutterstock

BertindakSetelah perasaan itu diidentifikasi dan diakui, anak laki-laki harus memutuskan apa yang harus dilakukan dengan perasaan itu. Pertama, dorong anakuntuk berbicara tentang apa yang dia rasakan. Dia tidak perlu menganalisisnya secara berlebihan, tetapi jika dapat mengungkapkannya kepada ibu atau ayah, itu luar biasa.

Latih anak bertanggung jawab Anak laki-laki perlu tahu bahwa, pada akhirnya, dialah yang bertanggung jawab atas bagaimana dia bereaksi terhadap perasaannya. Ajari dia bahwa kekuatan fisik tidak dapat diterima dan bahwa dia tidak boleh menggunakan kekuatan

Anak laki-laki perlu tahu bahwa, pada akhirnya, dialah yang bertanggung jawab atas bagaimana dia bereaksi terhadap perasaannya. Ajari dia bahwa kekuatan fisik tidak dapat diterima dan bahwa dia tidak boleh menggunakan kekuatan semacam itu dengan orang lain.

Jika dia perlu mengeluarkan agresi, dia dapat menemukan pelepasan fisik melalui olahraga, meninju bantal, atau bahkan berteriak ke bantal. Kita perlu mengajari anak-anak kita bahwa mereka adalah bos dari perasaan mereka.

Laporan: Meisya Harsa Dwipuspita/ Sumber: Imom