redaksiharian.com – Masyarakat di Pulau Jawa memiliki sejumlah tradisi unik menyambut bulan Ramadhan atau puasa. Tradisi sebelum puasa di Jawa tersebut diwariskan secara turun temurun serta masih dilakukan hingga sekarang.
Bentuk tradisi sebelum puasa di Jawa pun beragam. Mulai dari membersihkan diri, ziarah ke makam, menyantap makanan, dan lainnya.
Berikut tradisi sebelum puasa di Jawa seperti dirangkum oleh Kompas.com.
1. Nyorog, Jawa Barat
Nyorog merupakan tradisi sebelum puasa masyarakat Betawi yang mayoritas berada di Jawa Barat. Mengutip situs Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, tradisi ini dilakukan dengan berbagi bingkisan makanan ke sanak saudara dan keluarga yang tinggalnya berjauhan
Sebab, masyarakat Betawi pada zaman dulu memiliki tempat tinggal yang berjauhan antara satu dengan yang lainnya karena dibatasi hutan dan kebun.
Tradisi nyorog telah dilakukan masyarakat Betawi sejak 1800-an, yang mulanya diperkenalkan para wali saat menyebarkan ajaran Islam. Selain menyambut puasa, tradisi nyorog juga dilakukan saat Idul Fitri dan upacara pernikahan.
2. Kuramasan, Cianjur
Tradisi kuramasan berasal dari Kampung Adat Miduana, Cianjur, Jawa Barat. Kampung Adat Miduana merupakan sebuah perkampungan yang masih berpegang teguh pada tradisi Sunda dalam kehidupan sehari-hari.
Tradisi kuramasan dilakukan dengan mandi secara ramai-ramai di Sungai Cipandak, Kabupaten Cianjur.
Warga juga membersihkan sampah di Sungai Cipandak secara gotong-royong. Setelah acara selesai, dilanjutkan dengan kegiatan makan bersama atau dikenal dengan mayor di tepi sungai.
3. Tradisi Munggahan, Jawa Barat
Tradisi munggahan berasal dari Jawa Barat. Tradisi ini dilakukan dengan cara berkumpul bersama keluarga, saudara, dan tetangga untuk makan bersama dan bermaaf-maafan.
Tradisi munggahan biasanya dilakukan seminggu atau dua minggu sebelum Ramadhan. Tidak lupa, masyarakat Jawa Barat juga memanjatkan doa untuk kelancaran ibadah puasa.
4. Papajar, Cianjur
Tradisi papajar merupakan ritual sebelum puasa yang berasal dari Cianjur, Jawa Barat.
Mengutip Tribun Jabar (21/3/2022), tradisi ini dilakukan dengan makan bersama nasi liwet di perkampungan maupun tempat wisata. Tradisi ini biasanya dilakukan seminggu sebelum Ramadhan.
Oleh sebab itu, obyek wisata di Cianjur biasanya ramai pengunjung jelang Ramadhan. Masyarakat Cianjur ramai-ramai datang bersama keluarga mereka untuk melakukan papajar di berbagai obyek wisata.
5. Padusan, Jawa Tengah dan Yogyakarta
Padusan berasal dari kata adus dalam bahasa Jawa yang berarti mandi, seperti dikutip dari laman Indonesia.go.id.
Tradisi padusan dilakukan dengan cara cara berendam atau mandi di sumber mata air. Makna tradisi padusan adalah menyucikan diri serta membersihkan jiwa dan raga menyambut datangnya bulan suci.
Padusan dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta. Beberapa lokasi penyelenggaraan tradisi padusan antara lain, Umbul Manten di Klaten, Jawa Tengah, Umbul Petilasan Joko Tingkir di Semarang, Umbul Pajangan di Sleman, dan lainnya.
6. Dugderan, Semarang
Dugderan merupakan tradisi sambut Ramadhan dari Kota Semarang, Jawa Tengah.
Berdasarkan informasi dari situs Warisan Budaya TakBenda Indonesia, nama dugderan berasal dari suara bedug yang berbunyi dug dan meriam yang berbunyi der, kemudian digabungkan menjadi istilah Dugderan.
Tradisi ini bermula pada 1881 di Kota Semarang pada masa pemerintahan Bupati Purbaningrat. Sehari menjelang Ramadhan, usai shalat Ashar umat Islam memukul bedug di Masjid Besar Kauman disusul dengan penyulutan meriam di halaman pendopo kabupaten.
Tradisi dugderan digelar dalam bentuk arak-arakan, tarian, atraksi, dan karnaval di Kota Semarang.
7. Dandangan, Kudus
Dandangan merupakan tradisi menyambut Ramadhan di Kudus, Jawa Tengah. Melansir dari laman Warisan Budaya TakBenda Indonesia, kata dandangan diambil dari suara bedug khas Masjid Menara Kudus, yaitu dang yang menandai awal puasa.
Dulunya, dandangan merupakan tradisi berkumpulnya para santri di depan Masjid Menara Kudus untuk menunggu pengumuman dari Sunan Kudus tentang penentuan awal Ramadhan.
Saat ini, tradisi dandangan digelar dengan melakukan kirab dandangan dimulai dari Jalan Kiai Telingsing menuju kompleks Menara Kudus sejauh tiga kilometer.
8. Arwah Jamak, Demak
Tradisi sebelum puasa di Jawa selanjutnya adalah arwah jamak yang berasal dari Demak, Jawa Tengah.
Mengutip Kompas.com (12/4/2021), tradisi ini dilakukan dengan membca doa untuk orang tua, sanak saudara, serta leluhur yang sudah meninggal. Doa akan dibacakan bersama-sama menjelang datangnya bulan Ramadhan dan sepuluh hari terakhir pada malam ganjil Ramadhan
Tradisi ini sudah ada sejak masa Sunan Kalijaga, serta dilestarikan hingga saat ini. Selain doa, keluarga yang masih hidup juga mengumpulkan sedekah atas nama keluarga yang sudah meninggal.
9. Sadranan, Jawa
Tradisi sadranan atau nyadaran merupakan tradisi sebelum puasa di Jawa, baik di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Tradisi ini juga dikenal dengan nama nyekar.
Mengutip Tribun Jatim, (22/3/2022), tradisi ini dilakukan dengan mendatangi makam orang tua atau saudara yang sudah meninggal.
Keluarga yang masih hidup, membersihkan makam sembari menaburkan bunga. Mereka juga mengirimkan doa saat mendatangi makam saudaranya yang sudah meninggal.
Selain menjelang Ramdhan, tradisi sadranan juga kerap dilakukan sebelum Hari Raya Idul Fitri.
10. Ruwahan, Jawa Tengah dan Yogyakarta
Tradisi ruwahan merupakan ritual menyambut puasa yang berasal dari Jawa Tengah dan Yogyakarta. Ruwahan berasal dari kata Ruwah, yaitu bulan kedelapan dalam penanggalan Jawa, atau bulan Sya’ban dalam kalender Islam.
Adapun Sya’ban adalah bulan sebelum Ramadhan. Melansir dari laman Pemerintah Kota Yogyakarta, tradisi ruwahan dilakukan dengan menggelar kenduri atau selamatan untuk mendoakan para leluhur dan berbagi sedekah kepada tetangga.
Ada tiga makanan khas dalam ruwahan, yakni ketan, kolak, dan apem. Ketan bermakna hati yang bersih dan lekat dengan sesama. Sementara kolak untuk mengingatkan kepada Sang Pencipta dan apem untuk mengingatkan manusia untuk bertaubat.
11. Baratan, Jepara
Baratan merupakan tradisi sebelum puasa yang berasal dari Desa Kriyan, Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Mengutip Tribun Jateng (22/3/2022), tradisi ini berupa kirab pada bulan Sya’ban dalam kalender Islam. Keunikan kirab ini adalah sosok yang berperan sebagai Ratu Kalinyamat, yang diyakini sebagai pendiri wilayah tersebut.
Adapun baratan berasal dari kata barakatan dalam bahasa Arab yang berarti keselamatan. Maknanya adalah tradisi untuk meminta keselamatan kepada Tuhan YME menjelang Ramadhan.
12. Megengan, Jawa Timur
Megengan berasal dari kata megeng dalam bahasa Jawa, yang berarti menahan, seperti dikutip dari Tribun Jatim, (22/3/2022). Tradisi megengan merupakan tradisi menyambut bulan Ramadhan yang berasal dari Jawa Timur.
Makna tradisi megengan adalah menahan diri dari segala hal yang membatalkan ibadah puasa, seperti lapar, haus, serta hawa nafsu.
Tradisi megengan dilakukan dengan kenduri atau selamatan di masjid atau mushola. Setiap warga membawa makanan yang akan dibagikan.
Makanan khas megengan adalah kue apem. Nama apem berasal dari kata bahasa Arab yakni afwan, yang berarti maaf atau ampunan sebagai simbol permohonan ampun kepada Tuhan YME sebelum Ramadhan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.