Redaksiharian.com – Dalam tragedi antara Arema FC dan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan yang telah menewaskan lebih dari 170 orang pada Sabtu malam (1/10) mengubah keadaan dunia sepak bola di Indonesia saat ini.

Setelah pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya berakhir, banyak dari supporter Arema FC turun ke lapangan dan melakukan kerusuhan. Untuk menghentikan kerusuhan tersebut, beberapa pihak melemparkan gas air mata pada rombongan supporter yang turun ke lapangan Stadion Kanjuruhan.

Padahal, FIFA sendiri sudah melarang penggunaan gas air mata selama pertandingan sepak bola. Jelas pelanggaran ini akan memberikan dampak ditengah persepak bolaan Indonesia yang terbilang cukup baik, sebelum kejadian ini berlangsung.

Tragedi Kanjuruhan sendiri telah menelan korban lebih dari 120 orang, menempatkan kejadian semalam sebagai tragedi tersebut kedua di dunia pada olahraga sepakbola saat ini. Tragedi pertama sendiri terjadi saat babak kualifikasi Olimpiade Tokyo antara Peru dan Argentina dan sudah berlalu lebih dari setengah abad yang lalu, pada saat itu terdapat 328 korban yang jatuh akibat dari kerusuhan tersebut.