redaksiharian.com – Seorang remaja putri berusia 16 tahun dilaporkan dipukuli hingga tewas oleh pasukan keamanan Iran setelah menolak untuk menyanyikan lagu pro-rezim yang menguasai negara itu. Tindakan keji aparat Iran itu disebut terjadi di dalam ruang kelas remaja itu saat dilakukan penggerebekan.

Seperti dilansir The Guardian, Rabu (19/10/2022), otoritas Iran meluncurkan serangkaian penggerebekan ke sekolah-sekolah di berbagai wilayah sejak pekan lalu, setelah sejumlah video viral di media sosial menunjukkan para siswi beramai-ramai melepas hijab mereka dan melambaikannya ke udara.

Ada juga momen saat foto pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dicopot. Para siswi juga meneriakkan slogan-slogan antirezim Iran demi mendukung Mahsa Amini (22) yang tewas usai ditahan polisi moral Teheran karena melanggar aturan hijab bulan lalu.

Kematian Amini telah memicu rentetan unjuk rasa besar-besaran di berbagai wilayah Iran, yang berlangsung hingga kini.

Laporan Dewan Koordinasi Asosiasi Perdagangan Guru Iran menyebut seorang remaja berusia 16 tahun bernama Asra Panahi tewas setelah pasukan keamanan Iran menggerebek sekolah menengah khusus perempuan Shahed di Ardabil pada 13 Oktober lalu.

Dalam penggerebekan itu, sekelompok siswi diminta oleh pasukan keamanan Iran untuk menyanyikan lagu yang memuji-muji Khamenei.

Ketika siswi-siswi itu menolak, menurut Dewan Koordinasi Asosiasi Perdagangan Guru Iran, pasukan keamanan memukuli mereka hingga beberapa orang harus dilarikan ke rumah sakit dan sejumlah siswi lainnya ditangkap.

Pada Jumat (14/10) pekan lalu, Panahi dilaporkan meninggal dunia akibat luka-luka yang dideritanya saat dipukuli di sekolah oleh pasukan keamanan Iran.

Para pejabat Iran membantah bahwa pasukan keamanan bertanggung jawab atas kematian Panahi. Setelah kematian Panahi memicu unjuk rasa baru, seorang pria yang mengakui sebagai pamannya muncul di televisi pemerintah mengklaim remaja itu meninggal karena kondisi jantung bawaan.

Serangkaian penggerebekan yang dilakukan otoritas keamanan Iran terhadap sekolah-sekolah setempat diwarnai laporan yang menyebut para petugas memaksa masuk ke dalam ruang kelas, menangkap para siswi dengan menggunakan kekerasan dan mendorong mereka ke dalam mobil-mobil yang telah menunggu.

Pasukan keamanan Iran juga dilaporkan menembakkan gas air mata ke dalam gedung-gedung sekolah yang digerebek.

Serikat guru Iran dalam pernyataan pada Minggu (16/10) waktu setempat mengutuk penggerebekan yang disebut ‘brutal dan tidak manusiawi’ itu, serta menyerukan agar Menteri Pendidikan Iran Yousef Nouri mengundurkan diri.