redaksiharian.com – PBB mengatakan tiga pekerja kemanusiaan telah dibunuh di Sudan Selatan bulan ini. PBB mengungkapkan keprihatinan mendalam atas eskalasi baru-baru ini dalam kekerasan yang menargetkan pekerja bantuan.

Dilansir AFP, Sabtu (1/10/2022), seorang pekerja bantuan dengan sebuah LSM internasional pekan lalu terjebak dalam baku tembak dan ditembak mati di sebuah gudang di negara bagian Unity yang kaya minyak. Hal itu diungkapkan oleh Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) dalam sebuah pernyataan.

Seorang staf PBB yang bekerja di fasilitas kesehatan di sebuah kamp untuk pengungsi internal juga tewas pada minggu yang sama.

Korban ketiga tewas dalam penyergapan di negara bagian Jonglei, wilayah timur yang dilanda kekerasan senjata dan konflik antaretnis.

“Orang-orang di Sudan Selatan hidup dalam ketidakamanan, dan krisis kemanusiaan yang memburuk dengan cepat, dan mereka yang bekerja tanpa lelah untuk meringankan penderitaan mereka yang paling rentan terus kehilangan nyawa mereka,” kata Koordinator kemanusiaan PBB di Sudan Selatan Sara Beysolow Nyanti.

Ketiga korban adalah warga Sudan Selatan. OCHA mengutuk pembunuhan itu dan mendesak pihak berwenang untuk meningkatkan upaya melindungi tim bantuan.

“Kami menyerukan kepada individu bersenjata dan otoritas masing-masing untuk menjaga kehidupan warga sipil dan kemanusiaan,” kata Nyanti.

“Kami mengutuk dengan keras semua bentuk kekerasan terhadap warga sipil dan kemanusiaan,” imbuhnya.

Sudan Selatan dianggap sebagai salah satu negara paling berbahaya bagi pekerja bantuan. OCHA mengatakan pembunuhan terbaru mendorong ke delapan jumlah pekerja bantuan tewas tahun ini.

Sudah juga menjadi negara terbaru di dunia telah menderita ketidakstabilan kronis sejak kemerdekaan pada 2011. PBB berulang kali mengkritik kepemimpinan Sudan Selatan karena perannya dalam memicu kekerasan.

Sudan adalah salah satu negara termiskin di planet ini meskipun memiliki cadangan minyak yang besar. Negara ini telah meluncur dari krisis ke krisis, menderita perang saudara, bencana alam, kelaparan, kekerasan etnis dan pertikaian politik.

Tahun lalu, dua pekerja bantuan yang bekerja untuk badan amal Italia Doctors with Africa CUAMM disergap dan dibunuh ketika konvoi mereka kembali dari mengantarkan bantuan makanan di sebuah desa di Negara Bagian Danau yang rawan konflik.