redaksiharian.com – Di era digital sekarang, hidup manusia tak bisa lepas dari media sosial. Hampir seluruh momen-momen kecil dalam kehidupan yang kita lewati diunggah ke media sosial. Namun, ternyata tidak semua hal yang diunggah di media sosial bisa berdampak baik.

Dalam episode dengan tautan , Ernestine Oktaviana M.Psi., Psikolog Dear Astrid, menjelaskan bahwa fenomena terlalu sering mengunggah atau membagikan sesuatu ke media sosial adalah oversharing.

Mengapa Kita Oversharing di Media Sosial?

Menurut penelitian tim , terlalu banyak membagikan konten di media sosial disebabkan oleh memuncaknya perasaan emosional yang dialami seseorang. Saat merasakan emosi yang kuat, kita cenderung menggunakan media sosial untuk mendapat dukungan hingga validasi dari orang lain.

Saat bersemangat dan berbahagia, kita cenderung membagikan kabar baik itu ke media sosial. Tak hanya itu, saat mengalami emosi negatif, seperti marah atau frustrasi, kita cenderung curhat untuk mendapatkan dukungan.

Emosi ini perlu dikontrol dengan baik sebab apa yang kita utarakan kini berpotensi direspons secara berbeda oleh orang lain. Terkadang unggahan kita tanpa sadar bisa melewati batas sehingga ‘dirujak’ oleh warganet.

Pasalnya, kemudahan dan kecepatan akses di masa kini membuat berbagai konten yang telah terunggah lebih mudah viral. Konten-konten viral tersebut pun bisa berujung pada ujaran negatif sehingga respons menjadi semakin tak terkontrol.

Tak hanya itu, menurut penelitian (2017) remaja memiliki kecenderungan untuk berbagi informasi secara berlebihan karena memberi mereka rasa kebebasan sebagai bentuk ekspresi. Hal ini untuk menemukan atau membentuk jati diri yang sesungguhnya.

Selain itu, ada pula orang yang oversharing di media sosial untuk mencari perhatian. Namun, penyebabnya pun tak hanya bersumber dari satu faktor. Bisa jadi mereka mengalami gangguan narsistik atau benar-benar mencari bantuan.

Apakah Oversharing di Media Sosial Berbahaya?

Oversharing di media sosial bisa berbahaya apabila dibagikan ke orang-orang asing. Pasalnya, kita tak pernah tahu bagaimana latar belakang orang-orang yang selama ini menjadi followers di media sosial. Bisa saja mereka memiliki kecenderungan menguntit yang tentunya berpotensi mengganggu kita.

Itu sebabnya, ada beberapa informasi yang sangat berbahaya jika kita membagikannya secara berlebihan. Mengutip , pertama adalah lokasi secara real time. Sebagian besar platform media sosial memungkinkan kita untuk berbagai lokasi sehingga setiap orang bisa melihat posisi kita.

Lokasi yang dibagikan secara langsung berpotensi mengundang penguntit untuk datang ke tempat yang sedang kita kunjungi. Untuk meminimalisasi, jangan bagikan lokasi secara live, unggahlah konten secara terlambat (late post) saat kita sudah berada di rumah atau menjauhi tempat itu.

Kedua adalah informasi personal yang menyangkut keluarga. Misalnya, hari ulang tahun, nama panggilan, nama saudara kandung dan orangtua, acara-acara keluarga besar, hingga detail dinamika keluarga. Membagikan informasi ini berpotensi besar mengarahkan kita pada penipuan atau penculikan.

Mayoritas pelaku penculikan mencari korban yang memiliki situasi keluarga kurang harmonis agar mereka bisa manipulasi. Sementara itu, pelaku penipuan kerap melakukan pendekatan personal agar modusnya lebih meyakinkan. Misal, memanggil kita dengan nama panggilan khusus yang hanya diketahui keluarga.

Ketiga adalah pemikiran, emosi, atau kondisi yang sedang dialami. Terlebih, hal ini kerap menjadi bumerang. Saat emosi sedang memuncak, kita jadi tak bisa mengontrol hal-hal yang perlu diucapkan dan tidak. Bisa jadi, ucapan itu bisa menyakiti orang lain.

Itu sebabnya, penting untuk memikirkan ulang sebelum mengunggah atau memberikan opini terhadap sesuatu. Jika tak mengetahui konteks dan tak mempunyai ilmunya, tunjukkan sikap rendah hati dan keinginan untuk belajar alih-alih menyangkalnya.

Jika kita senang membagikan informasi pribadi di media sosial, sebaiknya kita memperhatikan kembali seberapa sering melakukannya. Pasalnya, ada banyak potensi yang mengganggu kehidupan dan kesehatan mental jika konten yang kita unggah meningkatkan kecemasan.

Lantas, bagaimana jika kita terlalu sering ovesharing di media sosial? Adakah cara yang bisa dilakukan untuk meminimalkannya? Dengarkan jawaban lengkapnya melalui episode dengan tautan .

Akses sekarang juga playlist untuk mendapat informasi lebih banyak seputar kesehatan mental yang bisa menunjang kehidupan sosial, karier, hingga romansamu. Tunggu apalagi? Yuk, ikuti siniarnya sekarang juga.