redaksiharian.com – Indonesia harus bersiap menghadapi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berfluktuasi ke depannya. Pasalnya, Indonesia bukan lagi negara pengekspor minyak, malah negara ini kini telah menjadi net importir alias pengimpor minyak.

Sebagai negara pengimpor, harga BBM di dalam negeri setidaknya dipengaruhi dua faktor yakni harga minyak dunia dan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Bila harga minyak melonjak dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah, maka negeri ini harus bersiap menghadapi lonjakan harga BBM di dalam negeri.

Saat ini harga minyak masih relatif tinggi di atas US$ 90 per barel, meski dalam tiga hari ini relatif turun. Melansir data Refinitiv, harga minyak mentah jenis Brent anjlok 1,95% ke US$ 92,45 per barel, sementara harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) turun 2,3% ke US$ 87,27 per barel dan dalam tiga hari merosot 5,8%.

Begitu juga dengan kurs. Nilai tukar rupiah saat ini masih melemah di kisaran Rp 15.300 per US$. Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka Kamis (13/10/2022), rupiah menguat 0,07% ke Rp 15.345 per US$. Penguatan kemudian bertambah menjadi 0,1% ke Rp 15.340 per US$ pada pukul 9:04 WIB.

Bila dibandingkan dengan asumsi dalam perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 yang tertuang dalam Peraturan Presiden No.98 tahun 2022, asumsi nilai tukar tahun ini “hanya” sebesar Rp 14.450 per US$, dan harga minyak mentah Indonesia (ICP) US$ 100 per barel.

Kedua faktor itu berpengaruh dalam harga jual BBM di Tanah Air karena bagaimanapun Indonesia masih mengimpor minyak mentah dan juga produk BBM. Bahkan, setiap tahun impornya cenderung meningkat.

Berdasarkan data Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia, impor minyak mentah Indonesia pada 2021 tercatat mencapai 104,40 juta barel, melonjak 31% dibandingkan 2020 yang sebesar 79,68 juta barel. Adapun pada 2019 impor minyak mentah RI sebelum masa pandemi Covid-19 mencapai 89,31 juta barel.

Begitu juga dengan impor BBM Indonesia. Pada 2021 tercatat impor produk minyak atau BBM Indonesia mencapai 22,09 juta kilo liter (kl), naik 5,8% dibandingkan impor pada 2020 yang sebesar 20,87 juta kl.

Impor BBM tersebut berupa bensin, baik dengan nilai oktan (RON) 88 atau dikenal dengan merek Premium, RON 90 atau setara Pertalite, RON 92 atau setara Pertamax, RON 95, diesel (gasoil), naphta, HOMC, hingga bahan bakar pesawat seperti avtur dan avgas.

Berikut total impor BBM Indonesia dalam satu dekade terakhir 2011-2021:

2011: 31,15 juta kl2012: 31,98 juta kl2013: 32,69 juta kl2014: 33,24 juta kl2015: 28,29 juta kl2016: 23,50 juta kl2017: 27,49 juta kl2018: 28,22 juta kl2019: 24,72 juta kl2020: 20,87 juta kl2021: 22,08 juta kl.