redaksiharian.com – Tragedi maut yang menewaskan 125 orang di Stadion Kanjuruhan , Malang, menjadi sorotan media-media internasional. Terutama soal penggunaan gas air mata oleh personel kepolisian yang merespons situasi rusuh di dalam stadion pada 1 Oktober kemarin.

Seperti dirangkum, Senin (3/10/2022), salah satu media terkemuka Amerika Serikat (AS), The Washington Post, menyoroti soal penggunaan gas air mata dalam artikelnya berjudul ‘Tear gas use by Indonesian police questioned in wake of mass fatality soccer tragedy’.

“Sejumlah saksi mata menuturkan kepada The Washington Post bahwa personel keamanan menembakkan gas air mata secara langsung dan tanpa pandang bulu ke arah kerumunan orang,” tulis The Washington Post dalam artikelnya tersebut.

The Washington Post juga mengutip pernyataan Kapolda Jawa Timur (Jatim) Irjen Nico Afinta yang mengonfirmasi bahwa polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa.

“Pedoman yang ditetapkan oleh FIFA — badan pengatur sepakbola internasional — secara khusus mengecualikan penggunaan ‘gas pengendali massal’,” sebut artikel The Washington Post itu.

Media terkemuka AS lainnya, New York Times (NYT), dalam artikelnya berjudul ‘Fans Fled as Police Fired Tear Gas, Causing Deadly Rush For Exits’ juga mengulas soal penggunaan gas air mata dalam tragedi Stadion Kanjuruhan yang menjadi pemberitaan global tersebut.

“Penggemar sepakbola di Indonesia bergegas ke lapangan setelah sebuah pertandingan sepakbola profesional pada Sabtu (1/10) malam, mendorong polisi untuk menembakkan gas air mata ke kerumunan yang padat dan memicu desak-desakan yang menewaskan sedikitnya 125 orang, kata para pejabat setempat,” tulis NYT.

“Organisasi-organisasi hak asasi manusia mengecam penggunaan gas air mata, yang dilarang oleh FIFA, badan pengatur sepakbola. Para saksi mata mengatakan bahwa gas beberapa kali ditembakkan tanpa pandang bulu ke tribun penonton, yang memaksa kerumunan yang kelebihan kapasitas untuk bergegas ke pintu keluar,” imbuh NYT dalam artikelnya.

Ulasan soal tragedi Kanjuruhan dan penggunaan gas air mata oleh polisi juga dibahas media-media internasional lainnya, seperti The Guardian, Sky News, dan NBC News.

“Polisi dan penyelenggara pertandingan disoroti setelah polisi menembakkan gas air mata merespons penggemar yang rusuh,” tulis media Inggris, The Guardian dalam artikelnya berjudul ‘125 dead after crowd crush at Indonesian football match’.

“Sedikitnya 125 orang tewas dalam kerusuhan saat pertandingan sepakbola di Indonesia, yang sebagian besar tewas terinjak-injak setelah polisi menembakkan gas air mata, dalam salah satu bencana olahraga terburuk di dunia,” demikian Sky News mengawali artikelnya berjudul ‘Indonesia football disaster: At least 125 killed after riot and stampede at match as tear gas fired’.

“Perhatian dengan segera terfokus pada penggunaan gas air mata oleh polisi, yang dilarang di stadion sepakbola oleh FIFA, badan pengatur sepakbola dunia, yang menyebut insiden itu ‘tragedi di luar pemahaman’,” tulis NBC News dalam artikelnya berjudul ‘Stampede triggered by tear gas leaves 125 dead after Indonesia soccer match’.