redaksiharian.com – Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (3/9/2022) jelang rilis data inflasi. Selain itu, kabar baik datang dari dalam negeri, sektor manufaktur mempercepat laju ekspansinya.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan di Rp 15.230/US$, melemah 0,3% di pasar spot. Depresiasi rupiah kemudian bertambah menjadi 0,16% ke Rp 15.250/US$ pada pukul 9:04 WIB.
S&P Global hari ini melaporkan aktivitas manufaktur Indonesia yang dilihat dari purchasing manager’s index (PMI) mengalami peningkatan signifikan menjadi 53,7 September lalu, dari blan sebelumnya 51,7.
PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di atasnya adalah ekspansi, di bawahnya berarti kontraksi.
Sektor manufaktur Indonesia kini sudah berekspansi dalam 13 bulan beruntun, dan menjadi kabar baik saat negara-negara lain terutama di Barat menghadapi isu resesi.
“Survei terbaru konsisten dengan perkembangan terkuat kesehatan sektor manufaktur Indonesia sejak Januari. Kondisi demand yang kuat membantu membawa pesanan baru ke level tertinggi dalam hampir satu tahun terakhir,” kata Laura Denman, ekonom di S&P Global Market Intelligence.
Meski demikian, pelaku pasar kini menanti rilis data inflasi Indonesia. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 14 institusi memperkirakan inflasi September akan menembus 1,20% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm).
Jika ramalan ini benar maka ini akan menjadi inflasi tertinggi sejak Desember 2014.
Hasil polling juga memperkirakan inflasi secara tahunan (year on year/yoy) akan menembus 5,98% atau tertinggi sejak Oktober 2015 atau tujuh tahun terakhir.
Inflasi tinggi merupakan masalah utama di dunia saat ini. Presiden Joko Widodo (Jokowi) berulangkali mengungkapkan bahwa inflasi adalah momok terbesar saat ini oleh semua negara di dunia. Pasalnya, banyak negara di dunia yang tersandung akan inflasi tinggi.
Inflasi ini dipicu oleh kenaikan harga pangan hingga energi, dan perang Rusia-Ukraina yang tak pasti kapan berakhir.
“Pertama yang ingin saya sampaikan momok pertama semua negara saat ini inflasi, inflasi semua negara biasanya hanya 1% sekarang 8%, lebih dari 10% dan bahkan ada lebih dari 80 persen, ada 5 negara,” kata Jokowi saat Pengarahan Presiden kepada seluruh Menteri/Kepala Lembaga, Kepala Daerah, Pangdam dan Kapolda di JCC, Jakarta, Kamis (29/9/2022).
Inflasi yang tinggi memang bisa menimbulkan masalah besar. Daya beli masyarakat bisa tergerus yang pada akhirnya menekan pertumbuhan ekonomi. Jika berlangsung lama, maka risiko stagflasi pun menghantui.
TIM RISET CNBC INDONESIA